Dunia Pendidikan Kita
Saya pribadi sangat setuju dengan pemikiran Prof. Anwar Arifin tentang konsep dunia pendidikan masa depan. Salah satunya adalah sistem kontrak guru dan “kebebasan” guru non PNS untuk mengajar di sekolah negeri.
Keluarga saya di Jepang pernah bercerita bahwa di Jepang para pekerja diberi upah per jam, bukan bulanan. Sehingga hanya mereka yang banyak bekerja yang dapat banyak penghasilan.
Ada banyak orang berlomba-lomba menjadi PNS, namun setelah menjadi PNS kerjanya sangat santai. Memang untuk memajukan Indonesia, diperlukan tenaga-tenaga yang profesional. Profesional yang saya maksudkan adalah mereka yang benar-benar mau bekerja untuk kemajuan bangsa bukan asal kerja.
Saya pernah bekerjasama dengan Save The Children Makassar, dan saya melihat tingkat profesionalisme kerjanya sangat luar biasa. Kalau janji meeting jam 10, pasti jam 10 mulai. Coba bandingkan dengan “kebudayaan telat” di Indonesia.
Dunia pendidikan memang adalah salah satu pilar utama masa depan bangsa kita, jika para pelajar tidak dididik oleh orang-orang yang profesional, maka mereka akan cenderung meniru pendidiknya.
Bukankah ada kata bijak yang mengatakan “Sikap kita lebih besar pengaruhnya daripada kata-kata kita”. Jadi memang sikap seorang pendidik seperti guru/dosen sangat berpengaruh terhadap generasi muda bangsa ini. Kalau gurunya saja malas, jangan salahkan kalau siswanya juga malas π
Memang ada banyak hal yang perlu diperbaiki dalam sistem pendidikan di Indonesia, salah satunya adalah “Pendidikan Dasar 9 tahun”, seharusnya setelah seorang anak menyelesaikan pendidikan dasar 9 tahun, maka anak tersebut tidak harus lagi masuk ke SMA, tetapi bisa memilih jalur pendidikan yang diinginkan. Cuma sayangnya, untuk masuk ke perguruan tinggi harus lulusan SMA. Jika demikian bukannya pendidikan dasar 9 tahun lagi tetapi secara tidak langsung adalah pendidikan dasar 12 tahun.
Waktu 12 tahun untuk pendidikan dasar menurut saya sangat memberatkan banyak anak-anak. Apalagi dengan sistem kurikulum yang terus berubah dan kewajiban mengikuti 16 mata pelajaran wajib (untuk SMA). Makanya jangan heran jika Indonesia sangat jarang memiliki orang-orang muda yang profesional karena hampir seluruh anak harus diisi dengan pelajaran yang bukan kesukaan mereka di saat mereka sedang produktifnya.
Coba bandingkan jika setelah lulus SMP, seorang anak sudah bisa memilih langsung jurusan yang diinginkan, pasti anak tersebut akan lebih cepat berkembang dan maju karena tidak harus dibebani lagi dengan pelajaran yang tidak sesuai dengan kesukaan maupun bakatnya.
Melalui tulisan ini bukan maksud saya agar SMA dihapuskan, akan tetapi SMA dijadikan sebagai tempat anak-anak mengembangkan diri sesuai bakat mereka. Sehingga setelah lulus SMA mereka benar-benar sudah memiliki dasar yang spesifik untuk tujuan kedepan mereka dan setelah lulus SMA seharusnya mereka pun sudah menjadi orang-orang yang siap bekerja karena pada kenyataannya, banyak anak-anak yang ngak mau kuliah atau lebih tepatnya “terpaksa” kuliah.
Saya bersyukur ditempatkan sebagai pengajar di sebuah SMA Negeri di Makassar, selama 2 tahun lebih mengajar, saya melihat antusias siswa dalam mempelajari Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sangat tinggi. Ditambah dengan dukungan kepala sekolah dalam bidang IT membuat saya juga semakin antusias mengembangkan diri dan bakat siswa.
Saya dipercayakan mengajar semua kelas XII dan saya mengembangkan meteri pelajaran mereka hingga desain web. Dan sebagai tugas akhir, setiap siswa harus mendesain web pribadi mereka masing-masing yang sengaja saya pasang di Intranet sekolah sehingga semua siswa bisa melihat semua hasil karya yang dibuat. Sangat luar biasa melihat kemampuan dan kreatifitas mereka dalam mendesain web, saya pun mengaku kalah dengan mereka.
Selain itu, tahun ajaran 2008-2009, saya dipercayakan lagi mengajar mata pelajaran Muatan Lokal untuk semua kelas X, tidak tanggung-tanggung saya masukkan materi “Pemrograman dengan Visual Basic”. Hasilnya, anak kelas X sudah bisa membuat program komputer sendiri bahkan sampai pembuatan program dengan sistem database. Mereka bisa karena mereka suka dengan teknologi.
Setelah melihat antusias siswa dalam bidang teknologi, tahun 2008 saya meminta ijin kepala sekolah untuk mendirikan organisasi khusus bidang teknologi dan dikabulkan. Melalui organisasi ini, saya memilih siswa-siswa yang memang berbakat dalam bidang teknologi untuk saya berikan pelatihan khusus sesuai dengan materi yang mereka inginkan, hasilnya anggota organisasi ini memenangkan banyak perlombaan IT yang diselenggarakan oleh universitas maupun umum.
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
Melalui tulisan saya ini saya hanya ingin kita semua sadar bahwa pendidikan kita tidak boleh kaku. Harus selalu ada inisiatif dan harus terus belajar. Saya pun sering belajar dari siswa saya. Karena jika mau jujur, sering kali siswa kita lebih pintar dari kita. Cuma masalahnya adalah apakah kita mau terima kenyataan itu? Atau tetap mempertahankan prinsip bahwa “siswa tidak boleh lebih dari gurunya”.
Salah satu kata motivasi yang saya suka adalah “Keberhasilan kita ditentukan oleh berapa banyak orang-orang yang telah kita buat berhasil”. Dan sebagai guru, saya berhasil jika siswa-siswa yang saya ajar bisa lebih berhasil dari saya π
Salam Sukses 2009 Will Be BETTER
Romy Steven J
www.romystevenj.com
Tulisan ini telah dibaca 1201 kali
Salut buat pak romy yang mengerti dan memahami apa yang sebenarnya terjadi, dan apa yang seharusnya.
Walaupun demikian, kenyataan yang terjadi tak mudah diubah selama menteri botak pendidikan indonesia masih kolot bin mementingkan gengsi.
Kalau menurut saya sih pak, tulisan bapak mending dimasukin ke forum besar tuh, supaya pemikiran bapak bisa di apresiasi orang, mungkin di kaskus bagus, atau di forumnya kompas.. pasti banyak yang komentar pak!
Pemikiran yang luar biasa pak! Saya sangat setuju dengan konsep yang dijabarkan diatas. Saya sendiri baru lulus SMA, dan ternyata dari sekian banyak banyak mata pelajaran yg diberikan, hanya beberapa yang saya sukai. Selebihnya saya anggap hanya merupakan kewajiban. Setelah saya lulus, hasil dari mata pelajaran tersebut tidak pernah saya gunakan dalam kehidupan sehari-hari. Jadi lebih baik diajarkan mana yang akan benar-benar bermanfaat bagi anak didik setelah dia tamat kelak. Seperti matematika yang rumit sekali. banyak teman-teman yang mengeluh saat belajar… dan mereka merasa ilmu yang diajarkan tersebut tidak ada gunanya kecuali jadi guru. Kalau menjadi karyawan hotel misalnya, ya semua yang dipelajari itu sia-sia belaka.
@Rahmatullah: Yah, begitulah Indonesia, menteri-menteri dan orang-orang yang mengambil keputusan pada dasarnya adalah orang-orang yang tidak mengerti keadaan sebenarnya.
Btw, thanks buat masukannya, tulisan ini sudah saya masukkan juga ke kompas dan kaskus π
@Wayan: Iya, saya juga melihat pelajaran sekarang sudah sangat tinggi-tinggi dan memang ada banyak yang sebenarnya tidak digunakan kecuali kita mengambil kuliah jurusan tertentu. Tapi komentarnya sangat bagus. Semoga dunia pendidikan kita semakin baik π
@wayanG
yahh..berarti dulu salah masuk oms
mending masuk smk kalau gtcuu
semua udah ada
tinggal pilih kan ??
capeee deegh
lagian ga ada yang mubasir tuh
yah..begitulah klo belajar tidak dinikmati, sia-sia katanya
payah…payahh
saya mau tanya bagai mana saya bisa buat web pribadi danselama ini saya belum punya web…thank buat romy…
This is a great article. Iβm new to blogging but still learning. Thanks for the great resource.
A information about this good topic used to be published by term paper writing service to have a chance to buy essay and already written essays.